30 April 2013

Unair Kembangkan Ramuan Papua Jadi Pil KB Buat Pria

Unair Kembangkan Ramuan Papua Jadi Pil KB Buat Pria

Print
Email

Created on Sunday, 18 August 2013 11:08
Published Date

Surabaya, GATRAnews - Vasektomi, atau pemotongan saluran sperma pria, telah lama jadi mimpi buruk buat para pria yang ingin mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Tapi kini ada alternatif lain, Pil KB, betul pil KB buat pria, bukan buat ibu seperti yang selama ini ada.



Pil KB khusus buat pria itu hasil penelitian selama 28 tahun dari tim peneliti Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Pil itu bisa disebut sebagai ramuan Papua karena diperoleh dari saripati tanaman Gandarusa asal Papua.

"Penelitiannya sudah selesai," kata peneliti Gandarusa dari Universitas Airlangga Dr Bambang Prajogo kepada Antara di Surabaya, Minggu, seperti dikutip Antara.

Unair telah menyerahkan ekstrak ethanol terpurifikasi dari Gandarusa kepada petinggi suatu perusahaan farmasi.

Bambang menjelaskan penyerahan ekstrak tersebut menandai proses selanjutnya di tangan industri untuk mengurus izin edar dan memproduksinya.

"Pil KB itu nanti sejenis fitofarmaka (obat/herbal yang sudah menjalani uji pada manusia). Kami melakukan penelitian sejak tahun 1985, dan selesai tahun 2013 atau 28 tahun, tapi itu sudah percepatan, karena penelitian di luar negeri bisa sampai 100 tahun," katanya.

Pihaknya menemukan tanaman itu di pedalaman Papua yang sudah dimanfaatkan masyarakat adat setempat untuk menunda kehamilan. Kemudian pihaknya meneliti.

"Saya melalukan penelitian dalam empat fase. Fase pertama untuk orang biasa yang sifatnya umum, lalu fase kedua penelitian kepada objek, yakni pasangan usia subur (PUS)," katanya.

Untuk fase kedua, penelitian dilakukan pada 120 PUS dengan minum pil KB pria itu selama 108 hari, dan hasilnya 100 persen berhasil (tidak hamil).

"Fase ketiga penelitian pada 350 PUS dengan minum selama 30 hari, dan hasilnya 99,96 persen berhasil, kemudian saya serahkan kepada industri, tapi saya akan mengembangkan terus hingga fase keempat dengan waktu minum semakin pendek hingga 15 hari minum," katanya.

Menurut dia, gandarusa di Papua dimanfaatkan masyarakat adat setempat hanya selang waktu beberapa jam dari mengonsumsi. (DH)